DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hypertension) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.
Sebaliknya, jika:
| |||||||||||||||||||||
PENYEBAB Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer.
| |||||||||||||||||||||
GEJALA Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). | |||||||||||||||||||||
DIAGNOSA Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. | |||||||||||||||||||||
PENGOBATAN Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
PEMBERIAN OBAT-OBATAN
PENGELOLAAN HIPERTENSI SEKUNDER | |||||||||||||||||||||
PENCEGAHAN Perubahan gaya hidup bisa membantu mengendalikan tekanan darah tinggi. |
Selasa, 22 November 2011
Tekanan Darah Tinggi (Hypertension)
Anamnesa dan Pemeriksaan Obstetri
ANAMNESA & PEMERIKSAAN OBSTETRI
Keluhan utama yang pada umumnya menyebabkan ibu hamil mengunjungi sarana pelayanan kesehatan IBU dan ANAK adalah:
- Berhubungan dengan masalah kehamilan
- Memastikan adanya dugaan kehamilan.
- Ingin mengetahui usia kehamilan.
- Mual, muntah dan atau nyeri kepala.
- Perdarahan pervaginam.
- Keluar cairan pervaginam (air ketuban, leukorea?)
- Merasakan gerakan anak yang kurang atau bahkan tidak bergerak.
- Merasa akan melahirkan (inpartu).
- Berhubungan dengan penyakit yang menyertai kehamilan
- Penyakit infeksi.
- Penyakit sistemik atau penyakit kronis yang sudah dirasakan sebelum kehamilan ini.
Sebelum memberikan pelayanan, klien harus dimintai persetujuannya ( “informed consent” ) untuk mencegah terjadinya konflik masalah etik pada kemudian hari.
Pelayanan antenatal bertujuan untuk mengetahui status kesehatan ibu hamil, konseling persiapan persalinan, penyuluhan kesehatan, pengambilan keputusan dalam rujukan dan membimbing usaha untuk membangun keluarga sejahtera.
Kunjungan pertama merupakan kesempatan untuk menumbuhkan rasa percaya ibu sehingga dia merasa nyaman untuk membicarakan masalah dirinya kepada dokter.
Rasa nyaman dapat ditumbuhkan pada diri pasien bila :
- Pemeriksaan dilakukan ditempat yang tertutup, bersifat pribadi dengan kerahasiaan yang terjaga dengan baik.
- Apa yang dikatakan oleh ibu didengar dan diperhatikan secara baik.
- Pasien diperlakukan dengan penuh rasa hormat.
- Identitas pasien
- Nama , alamat dan usia pasien dan suami pasien.
- Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
- Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
- Anamnesa obstetri
- Kehamilan yang ke …..
- Hari pertama haid terakhir-HPHT ( “last menstrual periode”-LMP )
- Riwayat obstetri:
- Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
- Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
- Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
- Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini ).
- Pada primigravida :
- Lama kawin, pernikahan yang ke ….
- Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung …. Tahun.
- Anamnesa tambahan:
- Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil / buang air besar, kebiasaan merokok, hewan piaraan, konsumsi obat-obat tertentu sebelum dan selama kehamilan).
- Pemeriksaan fisik umum
- Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus, kesadaran, komunikasi personal.
- Tinggi dan berat badan.
- Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
- Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
- Pemeriksaan khusus obstetri
- Inspeksi :
- Chloasma gravidarum.
- Keadaan kelenjar thyroid.
- Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerakan janin).
- Keadaan vulva dan perineum.
- Palpasi
- Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk :
- Memperkirakan adanya kehamilan.
- Memperkirakan usia kehamilan.
- Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
- Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
- Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.
- Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk :
- Inspeksi :
Tehnik :
- Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan pada ibu.
- Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi kontraksi otot dinding abdomen.
- Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah sehingga menghadap kearah kaki ibu.
- Leopold I :
- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus ( bokong atau kepala atau kosong ).
- Leopold II :
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya.
- Tentukan bagian-bagian kecil janin.
- Leopold III :
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami engagemen atau belum.
- Leopold IV :
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
- Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan:
- Sebagai bagian dalam menegakkan diagnosa kehamilan muda.
- Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik) dan menentukan apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu jalannya proses persalinan pervaginam.
- Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan dan diagnosa letak janin.
- Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan sesuai dengan yang diharapkan.
- Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus bagian kecil janin atau talipusat.
- Pada saat inpartu, ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II.
Vaginal toucher pada pemeriksaan kehamilan dan persalinan:
- Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna.
- Tahap berikutnya, pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir.
- Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum.)
- Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik.
- Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase).
- Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, bila sudah pecah tentukan :
- Warna
- Bau
- Jumlah air ketuban yang mengalir keluar
- Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator) serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion.
- Menentukan apakah terdapat bagian-bagian kecil janin lain atau talipusat yang berada disamping bagian terendah janin (presentasi rangkap – compound presentation).
- Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik :
- Pemeriksaan bentuk sacrum
- Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak.
- Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak.
- Mengukur distansia interspinarum.
- Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul.
- Meraba promontorium, bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan panggul (mengukur conjugata diagonalis).
- Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica.
- Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee.
- Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
- Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik sebanyak 3 kali.
- Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti frekuensi detik jantung janin 32 x 4 = 128 kali per menit.
- Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).
- Pemeriksaan laboratorium khusus.
- Pemeriksaan ultrasonografi.
- Pemantauan janin dengan kardiotokografi.
- Amniosentesis dan Kariotiping.
Sebagai kesimpulan hasil pemeriksaan kehamilan harus disebutkan 10 hal berikut dibawah ini :
- Hamil atau tidak hamil ( berdasarkan tanda pasti kehamilan ).
- Primigravida atau multigravida.
- G (gravida ) ………P(para) 1 – 2 – 3 – 4.
- Jumlah partus aterm (> 37 minggu/ berat anak > 2500 g).
- Jumlah partus preterm (22 – 37 minggu / berat anak < 2500g )
- Jumlah abortus ( < 20 minggu ).
- Jumlah anak hidup saat ini.
- G (gravida ) ………P(para) 1 – 2 – 3 – 4.
- Anak hidup atau mati.
- Usia kehamilan ( aterm / preterm ……… minggu ).
- Letak anak :
- Situs : misalnya situs longitudinal.
- Habitus : misalnya fleksi.
- Posisi : misalnya punggung kiri dengan ubun-ubun kecil kiri melintang.
- Presentasi : misalnya presentasi belakang kepala.
- Kehamilan intra atau ekstrauterin.
- Hamil tunggal atau kembar.
- Inpartu atau tidak ( sebutkan tahapan persalinan)
- Keadaan jalan lahir : tumor jalan lahir, hasil pemeriksaan pelvimetri klinik, cacat rahim pasca sectio caesar atau miomektomi intramural.
- Keadaan umum ibu :
- Komplikasi atau penyakit penyakit yang menyertai kehamilan atau persalinan ( misal: pre – eklampsia, anemia , hepatitis dsb nya )
- Komplikasi persalinan ( misal : “secondary arrest” , kala II memanjang, gawat janin )
DIAGNOSA :
- Diagnosa ibu :
- misalnya :
- G 1 P 0000 inpartu kala I fase aktif
- (Penyulit kehamilan) Pre eklampsia berat dan anemia gravidarum
- Diagnosa anak :
- Misalnya : janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi belakang kepala.
Misalnya :
- Pasang infuse dan dauer katheter
- Pemberian Mg SO4 dosis bolus dan dosis pemeliharaan
- Observasi keadaan umum ibu (tekanan darah dan pernafasan , gejala subjektif, kejang, kesadaran, produksi urine
- Observasi kemajuan persalinan ( detik jantung janin, kontraksi uterus, penurunan janin dan tanda-tanda ruptura uteri iminen - lingkaran Bandl)
- Antisipasi terjadinya perdarahan pasca persalinan ( oleh karena pemberian MgSO4 dan adanya anemia gravidarum )
- Buat partograf
- Evaluasi 4 jam
- Bila kemajuan persalinan berlangsung dengan normal, direncanakan untuk melakukan persalinan pervaginam dengan mempercepat persalinan kala II menggunakan ekstraksi cunam atau vakum.
PROGNOSA: penentuan prognosa meliputi prognosa ibu dan anak
Prinsip Obstetri :
|
INGAT !!! PEMERIKSAAN ANTENATAL YANG BURUK DAN DIKERJAKAN SECARA SEMBARANGAN JAUH LEBIH BURUK DIBANDINGKAN DENGAN TANPA PEMERIKSAAN ANTENATAL SAMA SEKALI |
Sumber Bacaan :
Departemen Kesehatan RI : “Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi Manusia dan Keadilan Gender” Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Bina Kesehatan Keluarga 2004.
Senin, 21 November 2011
Untuk Permudah Anamnesa, Mahasiswa FK Unpad Susun Buku “Bahasa Sunda untuk Praktik Kedokteran”
[Unpad.ac.id, 29/09/2011] Untuk memperoleh informasi mengenai rekam medis seorang pasien, dokter biasanya melakukan pendekatan secara subyektif dengan melakukan tanya-jawab atau biasa disebut dengan anamnesa. Namun, apa jadinya jika sang dokter tidak mengerti apa penyakit yang dikeluhkan oleh pasien? Kendala bahasa ternyata seringkali terjadi, seperti yang dialami sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Unpad. Untuk itu, Forum Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (P3D) membuat buku saku berjudul “Bahasa Sunda untuk Praktik kedokteran”. Buku setebal 209 halaman ini disusun sebagai pedoman untuk para dokter muda yang banyak terjun di daerah Jawa Barat.
“Di FK sendiri kan tidak seluruhnya mahasiswa asal Jabar, ada yang dari luar daerah Jabar, bahkan luar negeri. Kami Forum Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (P3D) berinisiatif membuat buku saku, Bahasa Sunda untuk Praktik Kedokteran,” kata Ditia Gilang Shah, mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) FK Unpad, saat ditemui di Lobi Gedung Rektorat, Gedung 1 Kampus Unpad, Jln. Dipati Ukur No.35 Bandung, Rabu (27/09).
Diawali dari penyebaran angket di kalangan mahasiswa Ko-as FK Unpad, bahwa salah satu poin yang ternyata diinginkan para mahasiswa selama Ko-as adalah diadakannya pelatihan bahasa Sunda. Sebagian besar, tambah Gilang mengaku tidak bisa bahasa sunda. Tidak hanya mahasiswa yang berasal dari luar daerah Jabar, mahasiswa asal Jabar pun ternyata tidak seluruhnya bisa bahasa Sunda.
“Kebanyakan ngaku-nya nggak bisa bahasa Sunda. Karena bagi kami pelatihan saja tidak cukup. Maka kami juga membuat buku saku untuk dapat digunakan setiap waktu,” jelasnya.
Bersama timnya yang terdiri dari 11 orang, proses pengerjaan buku berukuran 4,13 x 5,83 inchi ini diakui Gilang hanya memakan waktu selama 6 bulan. Sembilan mahasiswa yang mengerjakan isi buku adalah Anggi Noviantini, Belni Pusmilasari, Deti Paridlah, Indra Permana S, Mochammad Rezza, Rasyid Muflih Malis, Ryni Tilawati, Yuki Andrianto, dan Yunisa Pamela. Sebagai ilustrator, Muhammas Mukhlis dan desain cover oleh Richard Chandra. Seluruhnya mahasiswa Ko-as FK Unpad.
Kemudian, Gilang melanjutkan, setiap bab dalam buku ini disusun sesuai dengan kepentingan anamnesa di lapangan. Pada bab pertama dijelaskan mengenai tata bahasa dalam bahasa sunda. Dimulai dari fonologi, jenis-jenis kata dalam bahasa sunda, imbuhan, tatakrama bahasa sunda, waktu, angka, bilangan, nama-nama hari, bagian-bagian tubuh dan organ dalam. Pada bab II diilustrasikan anatomi tubuh dan keluhan dalam bahasa sunda. Sementara pada bab III merupakan contoh percakapan anamnesa dalam bahasa sunda.
Sebagai pengagas dari pembuatan buku saku ini, Gilang yang merupakan mahasiswa asal Padang, Sumatera Barat ini mengaku masih banyak kekurangan yang ada dalam buku saku bahasa sunda tersebut. Dapat dikatakan, penulisan buku hanya berdasarkan pengalaman di lapangan dan kemampuan para penulisnya (mahasiwa Ko-as FK Unpad) dalam berbahasa Sunda.
“Buku saku ini kami akui masih jauh dari sempurna. Walaupun para penulis, sebagian besar mahasiswa asal Jabar, tetapi kami belum dibantu oleh ahli bahasa,” kata Gilang yang juga berharap adanya dukungan untuk dapat menyempurnakan buku saku tersebut.
Ia yakin, masih banyak istilah kesehatan dalam bahasa Sunda yang bisa memperkaya khazanah dunia kedokteran. Buku saku atau buku kamus untuk kesehatan, menurutnya akan sangat membantu para dokter muda, apalagi ketika harus ketika berhadapan dengan masyarakat Sunda.
“Selama ini belum ada referensi atau kamus bahasa Sunda yang khusus bagi kepentingan kedokteran. Bagi kami, kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang cukup mendesak, karena proses komunikasi anamnesis mempunyai pengaruh besar atas suatu proses keberhasilan treatment yang dilakukan untuk pasien. Jika komunikasi antara dokter dan pasien tidak berjalan baik, bagaimana kami bisa membantu para pasien kami,” cerita Gilang.
Buku saku yang dicetak hanya sekitar 150 eksemplar ini, jelas Gilang akan dibagikan kepada peserta pelatihan Bahasa Sunda di FK Unpad, yang akan digelar November 2011 mendatang. Ketika ditanya apakah akan dikomersialisasikan, Gilang bersama timnya belum berpikir untuk dapat mengomersilkan buku saku tersebut.
“Beberapa rekan dari Fakultas Kedokteran di sejumlah universitas di kota Bandung sudah ada yang menanyakan, dimana untuk bisa membeli buku ini. Tapi untuk saat ini, belum terpikirkan untuk dikomersilkan,” kata Gilang. Ia menambahkan tidak ada kata terlambat untuk belajar bahasa Sunda. Semua semata-mata hanya untuk kepentingan para pasien. *