Minggu, 07 November 2010

Paru-paru Sobek karena Abu Merapi Risikonya Kecil

Jakarta, Sejak dilanda hujan abu, warga Yogyakarta dihebohkan pesan berantai yang mengatakan kandungan silika dalam abu vulkanik bisa menyebabkan paru-paru sobek. Warga diimbau tidak panik, sebab risiko tersebut hanya terjadi pada pekerja tambang.

Pesan tersebut beredar lewat berbagai layanan pesan singkat dan jejaring sosial dalam beberapa hari terakhir, terutama di kalangan relawan dan pengungsi Gunung Merapi. Bunyinya kurang lebih sebagai berikut:

"Info penting. Abu vulkanik komposisinya SI o2/ silika, mirip bahan industri kaca dan merupakan glass hard yang sangat halus tetapi jika dilihat dengan mikroskopik tepi dan ujungnya runcing. Jika terhirup akan merobek jaringan paru-2, jika terkena mata bisa merusak mata. Pakailah masker."

Dokter spesialis paru dari RS Persahabatan, Dr Agus Dwisusanto, SpP ketika dihubungi detikHealth, Jumat (5/11/2010), mengatakan istilah paru-paru sobek tidak dikenal dalam ilmu kedokteran. Yang ada adalah silikosis, yakni penumpukan debu silika yang bisa memicu fibrosis atau kekakuan jaringan paru-paru.

"Ada 2 faktor yang memicu terjadinya silikosis. Pertama, konsentrasi debu yang terhirup sangat banyak. Kedua, jangka waktunya harus sangat panjang. Biasanya terjadi pada pekerja tambang yang sudah bekerja 4 sampai 5 tahun," ungkap Dr Agus.

Menurutnya, setiap bebatuan sebenarnya mengandung silika dalam bentuk terikat dan akan terlepas ketika hancur menjadi debu. Partikel-partikel dalam bentuk bebas itu hanya bisa masuk ke dalam jaringan paru-paru jika ukurannya sangat kecil, yakni di bawah 10 mikron.

Bukan saja para pengungsi Gunung Merapi, pekerja tambang, tukang bangunan dan karyawan industri juga rentan menghirup debu silika. Apabila debu yang terhirup menumpuk di paru-paru, maka terjadi kekakuan jaringan yang sangat mengganggu sirkulasi oksigen.

Sementara pada kondisi hujan abu di Yogyakarta, Dr Agus menilai risiko untuk mengalami silikosis sangat kecil karena baru berlangsung beberapa hari. Risiko terbesar justru dampak-dampak yang sifatnya akut, seperti iritasi saluran napas, batuk-batuk dan infeksi.

Gangguan-gangguan yang sifatnya akut juga bisa disertai komplikasi, misalnya pada warga yang sebelumnya sudah menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Dengan kondisi hujan abu seperti saat ini, risiko sesak napas sangat tinggi pada pasien-pasien semacam itu.

Untuk mengurangi dampak hujan abu, Dr Agus menyarankan warga Yogyakarta untuk mengenakan masker bila hendak keluar rumah. Meski masker biasa juga bisa digunakan, ia lebih menganjurkan masker respirator seperti yang dikenakan untuk menangkal penyebaran flu burung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar